Jingga


Aku sekarang berada pada ruang hidup yang lain. Ruang ini akan kuhiasi dengan warna yang baru. Tapi aku masih mempertimbangkan warna apa yang pantas. Kuwarnai biru kah? hijau kah? merah? atau hitam. Aku suka hitam. Dia hitam tapi memekatkan pandangan. Haruskah hitam lagi yang kugoreskan pada dinding hidupku kali ini? Sungguh menjenuhkan. Aku harus memulai mengganti warna hitam ini. Dari mulai aku kurangi kepekatannya hingga menjadi abu sampai akhirnya ku jinggakan seluruh dinding ini.

Aku takut, hatiku berontak pikiranku berkecamuk. Kupaksakan untuk berani menggoreskan jingga pada dinding ini. Aku pantas untuk memiliki warna yang ceria. Sebagaimana aku layak untuk bahagia. Bukan kebahagiaan semu bukan pula kebahagiaan yang setengah-setengah melainkan rasa bahagia yang utuh.

Ruang ini bukanlah ruang yang sempurna. Penuh coret, penuh codet. Pada ketidaksempurnaan ini aku bernaung kelak. Menjadikan tempat untuk berteduh. Menjadikan tempat untuk pulang.

Perlahan-lahan warna jingga mulai hadir, meski baru beberapa gores tapi mulai memudarkan kepekatan warna hitam.

                           ***

Hari ini cukup cerah untuk berjalan memanjakan kaki dengan butiran pasir halus. Dia menggandeng tanganku, begitu erat seakan takut aku lari. Senja mulai turun, pudar tetapi hangat masih terpancar.
“Bih!” panggilannya membuyarkan lamunanku.
“Ya”
“Kenapa kamu suka sekali ke pantai? apa sih yang kamu cari?”
“Hmmm. Mencari ujung air laut yang sampai detik ini belum ketemu.”
“Yaelahh, ga akan ketemu kali. Laut itu terhubung satu dengan yang laut lain ampe kapanpun ga ketemu”
“Nah itu yang aku cari, sesuatu yang tidak akan ketemu. Berbeda dengan gunung yang pasti ada puncaknya.”
“Terus, apa yang buat kamu selalu rindu pantai, air laut?”
“Karena tidak akan pernah bertemu ujung air laut. Jadi tak pernah menjenuhkan aku.”
“Hehehe..kalau aku menjenuhkan tidak?” tanya dia seketika yang membuat aku bingung untuk menjawabnya.
“Tergantung kamu mo jadi gunung atau laut?”
“Jadi dua-duanya deh.”
“Ga bisa.”
“Yah udah aku jadi laut.”
“Good choice.”
“Karena aku ga mau kamu ketemu ujung diriku hingga kamu jenuh. Aku akan terus ingin dicari olehmu, dirindukan olehmu karena setiap waktu ada hal baru yang aku berikan untuk kamu.”

Senang hatiku mendengarnya, kutarik ia untuk semakin merapat denganku, kugenggam lebih erat tangan untuk sekedar tanda aku senang dengan.jawabannya.

“Bih.”
“Hhhmm”
“Will you marry me?”

                            ***

Aku, kamu pada ruang jingga ini. Aku, kamu bersama-sama mewarnai dinding dengan warna masing-masing hingga terspektrum warna jingga.

Celoteh Hati


Judulnya mengambil dari judul blog salah satu teman aku Titik. *pinjem yah tik.*

Hari ini saya ingin berceloteh tentang sebuah rasa yang sedang bergemuruh di hati dan pikiran. Apa itu karena saya ini orang yang doyan berpikir? Padahal sesuatu, sesuatu itu dan sesuatu ini tidak perlu terlalu saya pikirkan. Aaahhh, tapi pikiran itu sudah terjadi dan biar hati dan pikiran saya seimbang harus saya lontarkan keluar gemuruh hati itu.

Saya sering berpikir bagaimana jodoh itu datang? Mungkin sebagian orang sibuk berpikir bagaimana pekerjaan itu datang, bagaimana rezeki itu datang. Patut saya syukuri, Tuhan Maha Baik pada saya untuk urusan pekerjaan. Begitu mudah saya dapat berpindah bekerjaan, wiiettss, bisa dong saya dikatagorikan perempuan yang tidak setia, karena begitu cepat berpaling hati dari sebuah pekerjaan.

Ups, kembali lagi ke gemuruh hati saya. Harus saya katakan secara jujur, ada sebuah kegelisahan dalam diri saya karena saya belum mengenapkan langkah-langkah saya untuk menuju ke fase kehidupan yang selanjutnya. Sebagai orang yang hobinya mikir, saya berpikir apa yang menjadi kendala sampai saat ini saya belum juga melangkah ke fase berikut. Diluar konteks jodoh ditangan Tuhan saya harus cari tahu kendalanya.

Saya akhirnya sadar saya tidak percaya akan suatu cinta, bukan cinta itu sendiri yang tidak saya percaya, saya percaya kok. Cinta itu ada tapi yang saya tidak percaya ada orang yang akan memilih saya dan menerima diri saya apa adanya.

Dalam perjalanan hidup saya semua laki-laki yang pernah hadir hanya mengumbar kata mencintai saya, tapi belum satu jua pun ada yang memilih saya meminang saya. Pun setelah mereka menorehkan takdir dalam sebuah buku yang tercatat mereka masih senantiasa mengumbar kata rindu kepada saya. Salah kah saya tetap memilih ingin menjadi yang nomor satu bukan dua? Salah kah saya bila tetap berharap menjadi yang satu-satunya. Saya tidak meragukan mereka merindukan saya, saya tidak meragukan mereka masih menyimpan secuil ruang hati untuk saya. Tapi apa semua itu menjadi sebuah arti bagi saya? Ternyata artinya nya hanya melambungkan hatinya saya tanpa tahu akan menjatuhkan kemana lambungan hati itu.

Kenapa mereka bilang mencintai saya tapi tidak memilih saya?

Sudah barang tentu ada sesuatu yang salah dalam diri saya.

Itulah yang saya tilik. Itulah yang saya cari.

Belakangan ini saya menemukan pencerahan itu. Mungkin semua karena saya tidak pernah membiarkan mereka memilih saya. Saya selalu membiarkan mereka pergi tanpa sebuah kesempatan untuk memperjuangkan saya. Padahal saya sangat ingin untuk diperjuangkan, dipertaruhkan. Tapi saya hanya diam tak menjawab sampai akhirnya mereka memilih orang lain. Yang itu bukan saya.

Hari ini saya belajar kembali tentang cinta, sebuah kata yang saya pikir saya telah pahami, sebuah kata yang saya pikir saya sudah sangat mengerti akan tetapi ternyata tidak. Saya hanya mengerti kata itu untuk orang lain, tetapi untuk diri saya sendiri saya tidak tahu harus diapakan kata cinta itu.

Besok lusa, saya akan melakukan sebuah langkah dengan menerima ajakan seseorang untuk bertemu. Mungkin bagi kamu itu suatu yang biasa, tapi bagi saya tidak. Karena ini pertemuan merupakan pertemuan pendekatan. Detik ini saya pun belum menyukainya, tapi saya coba membiarkan diri saya untuk diperjuangkan berharap suatu hari nanti saya jatuh cinta pada perjuangannya. Semoga dia laki-laki yang mau memperjuangkan saya.

30


Pernikahan???

Sampai saat ini kata itu menjadi sebuah tanda tanya bagiku. Belum ada bayangan akan itu. Seakan takdir akan sebuah pernikahan masih mengombang-ambing dalam hidupku. Orang bilang Hidup, Jodoh dan Mati adalah rahasia Ilahi. Ini berlaku banget buat diriku. Seakan “jodoh” itu seperti harta karun yang petanya telah hilang bertahun-tahun silam. Tanpa diketahui peta itu berada di tangan siapa. Mencari Jodoh bagiku seperti mencari jarum diantara tumpukan jerami. Ini tidak berlebihan. Sungguh.

Mungkin bagi orang lain analogi ini seperti sesuatu yang berlebihan, tapi inilah kenyataannya bagiku. Suka ato tidak harus aku terima. Meski aku sebenarnya telah lelah menjawab pertanyaan orang tentang hal itu, bahkan sampai aku sudah merasa bosen menulis tentang pernikahan. Mau seribu kata-kata indah aku katakan dan tuliskan tentang indahnya menjadi lajang diusia yang matang ini tetap orang menganggap hidup aku tidak sebahagia dan seindah mereka yang telah menikah dan berpasangan. Tetap saja dianggap aku hanya berpura-pura bahagia dengan keseharian ku, padahal itu benar.

Kenapa juga aku membicarakan tentang pernikahan. Oke, sedikit aku uraikan, usiaku saat ini sudah 30thn, masih lajang, belum ada kepastian akan adanya sebuah pernikahan. Sudah mulai bosen dengan pertanyaan orang kapan akan menikah. Seakan pencapaian hidupku yang lain tertutup karena tidak ada label “menikah” pada KTP. Semua orang juga ingin menikah, ingin segera ditemukan dengan jodohnya, membina keluarga, bereproduksi, berkembang biak, tapi apa daya belum dikasih oleh Yang Maha Kuasa. Aku tidak perlukan marah-marah kepada Sang Pencipta.

Padalah banyak hal lain yang bisa aku capai dan terjadi pada usia aku ini. Ada mimpi-mimpi aku yang terwujud. Ada kejadian yang mendewasakan aku.

Setahun yang lalu seperti biasa saya menuliskan tentang perjalanan setahun sebelumnya. Ketika itu saya bingung hendak menguraikan apa, tapi yang dapat saya uraikan saat itu adalah hidup ini tidak dapat terjadi jauh dari bayangkan dan ketika itu terjadi tidak dapat dihindari. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa hidup itu tidak perlu mengantungkan mimpi yang terlalu muluk. Cukup pikirkan 1 hari saja, bagaimana saya melewati hidup ini.

Itulah yang saya lakukan sepanjang usia saya yang 29 hingga mencapai usia 30. Saya tidak meletakkan berbagai macam target hidup, seperti target karir, target menikah dan menjadi kesetan untuk mengapainya. Yang saya lakukan hanya memikirkan apa yang akan saya lakukan besok. Ternyata itu yang meringankan langkah saya. Tidak membebani saya dengan kata-kata masih Masih Sendiri. Tidak membebani saya dengan kata Karir yang Begitu-begitu saja.

Tahun 2009….hhhmmmmm
Pada tahun itu saya mengalami kehilangan, Ibu saya berpulang kepada Yang Maha Kuasa, sedih rasanya tapi saya masih tetap dapat tegar berdiri, mengikhlaskan kepergiannya, dan yakin itu lah yang terbaik bagi Ibu ku, itulah kebahagiaannya bertemu denganNya. Bahkan saya tidak pernah membayangkan akan secepat itu Ibu saya pergi, tanpa ada tanda-tanda yang berarti. Seharusnya saya shock, terpukul tapi terus terang itu tidak saya alami. Karena saya hari berpikir hari ini dan besok, semua mampu saya lewati dengan sabar, ikhlas dan yakin. Yakin bahwa itu yang terbaik bagi Ibuku dan bagi kami keluarganya yang ditinggalkan.

Hal yang dapat saya banggakan adalah saya dapat mewujudkan mimpi saya bahwa di usia saya yang tinggal 30, saya memiliki rumah sendiri. Entah apa yang terbesit dalam benak saya, alam apa yang membawa saya berani membeli sebuah tempat tinggal tanpa memiliki tabungan dan dana yang berlebih. Tapi alhamduillah itu terwujud. Saya tidak terlalu banyak berpikir, just let it flow….hahahahahaha. Oh yah impian saya satu lagi adalah pergi jalan-jalan sendiri, dan alhamduilah sekali lagi saya bisa wujudkan. Ditanya apakah saya menabung untuk acara jalan-jalan itu? jawabanya adalah tidak. Tapi seiring dengan mewujudkan mimpi itu rezeki itu datang begitu saja.

Perjalanan saya di usia ke 29 terasa ringan-ringan saja. Tidak ada beban yang berarti. Saya mulai belajar memilah-milah apa yang harus saya pikirkan secara mendalam, apa hal apa saya harus fokus. Dan itu sangat berguna untuk menjaga kesabaran saya dan kestabilan hati.

Di usia saya yang 30 ini saya hanya ingin terus menikmati apa yang telah Tuhan berikan tanpa keluhan, tanpa protes, tanpa pembenaran. Hanya menikmati apa yang sudah diberi. Sedikit cara untuk mensyukuri rezeki dan pemberian yang Maha Kuasa.

Hidup ini indah, janganlah dicela dan dikotori oleh segala keruwetan pemikiran. Karena yang membuat hidup ini terasa sulit dan susah untuk dilewati adalah buah pikiran kita yang selalu sok pintar dari pada alam yang telah melontarkan takdir dihadapan kita. Alam telah memaparkan segala macam tanda yang tidak perlu kita pikirkan secara berlebihan.

Saya hanya ingin menjalankan hidup ini dengan sederhana, membagi apa yang saya miliki dengan orang-orang terdekat saya. Menikmati setiap jengkal nafas yang terurai, setiap tetes rezeki yang terberi. Dan yang pasti membahagiakan Ayah saya hingga Allah menjemputnya dengan senyum.

Haruskah orang Tahu pacar Gw?


Jangan kaget dengan tulisan yang se’nga itu. Tentu bukan untuk kalian pertanyaan itu. Terus untuk siapa dong? Yahhh Wanda (wah nda tahu!)

Tanpa disadari pengakuan memiliki pacar menjadi suatu hal yang penting dalam kehidupan sosial muda mudi. Yah agak aneh aja kalo ada AKI-AKI tiba-tiba pembicaraannya tetang pacar baru.

Mungkin memiliki pacar akan menaikkan strata sosial seseorang. Atau akan diterima dalam pergaulan, seperti merokok di kalangan pemuda SMU, – Lo Ngerokok Lo Cowok, Kalo engga Lo Banci -. Mungkin punya pacar kayak gitu juga.

Waktu gua ketemu dengan teman-teman SMP gua dalam sebuah acara reunian. Ada pertanyaan teman gua yang sungguh mengugah selera gua untuk makan -makan orang-.
Teman : “Siapa pacar lo sekarang?”
Gua : sigh *ngelengos pergi*

Pas gua ketemu teman SMA gua di kereta, tiba-tiba dia bisa membuat gua tersenyum manis (baca sinis) mendengar pertanyaan dia.
Teman : ” Udah married lo?”
Gua : geleng-geleng sambil milit-milit ujung rambut
Teman : “Sekarang pacar lo sapa?”
Gua : tiba-tiba pengen lompat dari pintu kereta sayang bukan naik

Gua dah gaya lah dengan atribut pekerjaan gua di sebuah bank swasta asing. Keren lah pokoknya! (narsis.com) Gua juga bangga udah pindah-pindah kerja, yang menandakan gaji gua dah berkali-kali lipat naik (padahal kagak, mereka ketipu aja ama gaya gua). Dengan jalan se-anggun mungkin (padahal gua ga lagi nyanyi Tua-tua Keladi -jahhhh ketauan deh umur gua-) dengan bunyi high heals -padahal ga pernah pake- tak tok tak tok gua jalan-jalan ke mall. Di mall yang terkenal itu se-Jakarta Raya gua ketemu teman kuliah gua. Seperti biasa terjadi percakapan basa basi.
Teman : “Eh apa kabar?”
Gua : “Baik, lo?”
Teman : ” Kerja dimana?”
Gua : *bangga* “Di bank.”
Teman : “Anak lo dah berapa?”
Gua : Mingkem aksi tutup mulut sambil mesem-mesem. “Belum.”
Teman : ” Terus kapan married?”
Gua : *mulai sewot* “Kapan-kapan kalo ga ujan.”
Teman : “Ah lo bisa aja. Pacar lo anak mana?”

Oh My God, segitu penting yah orang untuk tahu siapa pacar gua!!!!

Belum lagi infotaiment pasti selalu mengusut artis x pacaran dengan sapa? artis b pacaran dengan artis c. Artis D baru putus pacar. Yang diurusin cuman pacar-pacar artis. Yang diinformasikan ke penonton cuman pacar mereka. Yang mengakibatkan penonton ga tahu prestasi artis itu. Jangankan prestasi main sinetron apa aja belum tentu tahu.

Jadi itu yang membuat pengakuan akan “Pacar” memang penting. Itu bawaan alami manusia. Lagian siapa yang ga bahagia punya pacar dan pengen membagi kebahagiaan itu kepada setiap orang. Menceritakan bunga-bunga cinta yang belum layu. Kalo perlu si Pacar dikasih label milik “Gua” xixixixixi….

Hari ini, saat hujan turun dengan deras membasahi perjalanan Jabotabek tanpa Bekasi, gua naik kereta AC, yang sudah barang tentu pintunya bisa ditutup juga jendelanya. Kereta sore itu penuh, gua pun ga dapat duduk. Emang sih AC kereta makin terasa dingin karena cuaca diluar dingin.

Bisa dibayangkan ga, ujan-ujan ditempat ber-AC disamping ada kekasih tercinta…hhhmmmmm dirangkul mantap yah bo???
Setuju?? Setuju???

Kalo di mobil pribadi rangkul-rangkul ada genggaman tangan sih asyik-asyik aja….tapi di kereta ???

Duhhh gua ngomongin apa sih???

Gua lagi ngebahas rangkul-rangkulan sambil bisik-bisik tetangga yang nyaris kayak cium-ciuman telinga -yaks- di depan ibu2, bapak2, anak kecil pengguna jasa transportasi kereta.

Yap! Sore ini, ujan2 pemandangan yang gua dapat adalah itu. Mending kalo yang begitu emak-emak yang lagi nostagia dengan suaminya, eh mana ada yang emak2 yang udah berojolin anak 2 masih ganjen depan umum. Ini masih muda, perkiraan gua paling usia si cewek 23an begitu juga si cowo.

Mereka berdua kayaknya takut banget ga keliatan pacaran, ampe rangkul-rangkul tanpa jarak, bisik2 tetangga yang nyaris kayak ciuman. Tapi dari semua yang buat gua gerah adalah ceweknya menggunakan Jilbab. Miris amat ngeliatnya. Aaarrrgghhhhh pusing gua ngeliatnya.

Tenang bukan karena iri, sirik gua ampe saat ini masih jomblo. Tapi apa harus ditempat umum yah. Apa harus ditunjukkin banget kalo mereka sedang memadu kasih.

Cerita gua diatas memperkuat anggapan gua bahwa pengakuan akan memiliki seorang pacar itu sangatlah penting. Hal ini menunjukkan strata sosial dalam masyarakat. Mo naik strata sosial bukan lagi dilihat dari pendidikan, jabatan, kekayaan tetapi PACAR!

Gua ingin Jadi SELEB


Dulu cita-cita gua pengen jadi artis, sebenarnya sampai sekarang juga sih. Tapi entah napa gua ga pernah melakukan ritual usaha untuk bisa menjadi seorang artis. Mungkin ga ada kesempatan. Hehehehe.

Kalimat di atas pasti akan dengan serta merta bilang bokis oleh orang-orang yang udah kenal gua. Karena ada fakta-fakta yang membuktikan itu semua tipu muslihat gua :

1. Gua takut ama kamera, alias ga suka difoto apalagi disorot untuk di-video-in, gua bisa mendadak kayak kura-kura nyembunyiin kepala gua ke dalam ketek.

2. Secara fisik gua sangat sadar tidak masuk pada katagoti artis yang bakal jadi seleb. Gua ngaca, badan jauh dari katagori langsing tapi dibilang gendut sangat juga belum.
Nah coba perhatiin pemain sinetron masa kini yang menghiasi layar kaca. Kalau ga langsing dengan t*k*k segunung hasil suntik, pasti gendut tak terkira ampe kalau naik angkot kudu bayar buat 2 orang. Nah body gua ada diantara itu jadi susah mo kasih peran. Gua sebutnya body tanggung.

3. Gua ga gaya a.k.a ga fashionable. Coba deh inget-inget ga ada toh artis yang ga fashionable. Baju gua ga jauh-jauh dari kaus, jeans, celana panjang ama celana pendek yang sudah tentu tanpa merek.

Buat orang yang baru kenal gua mereka pasti menganggap cita-cita gua cemen banget cuman pengen jadi artis. Tapi mereka rata-rata percaya gua bercita-cita itu. Seringkali keluar kalimat mendukung diri gua agar terkenal. Kenapa juga mereka percaya gua bercita-cita jadi artis :

1. Gua jelas memiliki wajah yang cantik, dengan catatan dilihat hanya sampai sebatas leher. Kulit gua halus dan mulus tanpa sisik kayak ikan.

2. Gua orang yang ekspresif saat bercerita, banyak orang yang tertipu oleh raut wajah gua yang serius padahal gua sedang berkata bohong.

3. Gua pernah ikutan audisi untuk jadi bintang iklan…meski gua gak tau iklan apa itu, mungkin iklan obat panu atau kudis. Hah…gua tau iklan yang selalu mencantumkan kalimat:
“ Dulu badan saya begini (memapangkan foto saya dengan bobot tubuh yang sedikit berlebih) tentu anda tidak ingin memiliki tubuh seperti ini (foto saya lagi yang terpampang) coba diet tanpa efek samping –tapi efek depan-.”

4. Kata 1009 orang bilang gua mirip seorang artis yang udah ga pernah muncul dan hampir-hampir tidak dikenal. Eits jangan bilang Mpok Nori dia mah terkenal!

Kurang lebih ini adalah fakta-fakta ke-artis-an gua.

Arrgggghhhh sebenarnya gua mo ngebahas apa sih??? Gua cuman mo bilang tidak sedikit orang bercita-cita ingin jadi artis atau seleb tapi tidak banyak yang mau usaha untuk main sinetron, nyanyi, bintang iklan atau bahkan main film. Kebanyakan orang hanya berkhayal untuk dapat terkenal.

Semua juga tahu keunggulan menjadi artis atau seleb adalah terkenal. Diantara 10 orang kira-kira 5 orang diantaranya ingin jadi terkenal (asumsi tanpa survey a.k.a asal ngarang aja gua!). Tentu banyak cara orang melakukan sesuatu agar terkenal. Menjadi yang terpandai di kelas. Mengikuti perlombaan bakat. Bintang sekolah, menjadi jagoaan basket dsb.

Dalam dunia kerja pun bisa menjadi seleb (baca terkenal) tanpa harus main sinetron. Banyak cara dari berteman dekat dengan orang yang terkenal. Bergaul dengan kalang jetset. Eh ini pan bukan dunia kerja tapi dunia pergaulan yak.

Di dunia kerja, bisa jadi terkenal karena prestasi kerja, karena cantik luar biasa –padahal permakkan semua-, selalu tampil seksi yang menggoda mata-mata pria, pacaran dengan atasan, atau menjadi orang yang baik hati dan rajin menolong. Dijamin pasti jadi seleb kantor. Apalagi kalo buat skandal di kantor wiiiiiihhhhhh langsung jadi digosipin tiap hari.

Di dunia maya juga bisa jadi seleb. Udah banyak yang terbukti, salah satunya Raditya Dika. Awalnya cuman nulis iseng-iseng diblog, curhat ketololan dan kebodohan lama-lama orang banyak yang suka dengan cerita dia sampai akhirnya dibuat buku dan alhasil Dika terkenal. Dalam pikiran gua yah Dika jadi seleb karena dia nulis buku, sering di wawancara sampai bukunya dibuat film, wajar dong Dika jadi seleb.

Gua rada-rada ga mudeng waktu teman gua cerita tentang seorang blogger (jgn tanya sapa gua dah ga inget) plus dia mengatakan orang tersebut adalah seleb blog.

Hah??!!! Blogger juga ada selebnya toh. Trus apa yang menjadi indicator blogger tersebut jadi seleb? Main sinetron apa?.. Aktingnya bagus?… yeah kok akting yah… maksudnya tulisan dia bagus? Dahsyat, fenomenal? Yang mampir banyak? Yang komentar banyak?? Bisa memberi inspirasi?

Terus terang gua rada ga paham dengan seleb blogger ini. Mungkin karena alasan2 yang gua sebut tadi orang itu jadi SELEB.

Gua penasaran, ada sebuah alamat blog (ga perlu disebut jelas karena gua lupa alamat blog itu) yang komentar selalu banyak, balas berbalas, wah keren dah. Dan ga sedikit gua nemuin blog kaya gitu. Iseng-iseng gua baca komentar-komentarnya. Alamak yang kasih koment orang itu-itu mulu. Si pemilik blog dan si komentator balas-balasnya diblog itu. Tapi kalo di liat blog statnya wwuuuiiiihhhh JAYA deh maksudnya angkanya menakjubkan. Sampai si pemilik blog tersebut merasa terkenal. Merasa tulisannya sebuah kelayakan untuk dibaca oleh semua orang.

Tapi kembali lagi, apakah sebuah jaminan blog yang pengunjungnya banyak memiliki kualitas tulisan yang berbobot. –yaelah ini cuman blog ngapain kudu berbobot-. Buat gua iya, tulisan diblog itu ga blh salah ngecap kayak tukang obat. Terutama bagi yang menulis tentang isu-isu umum, seperti nulis tentang KPK, Polisi atau apapun isu yang sedang hangat. Karena gua selalu takut salah nulis, makanya gua ga pernah nulis tentang isu umum. Karena gua ga tahu efek tulisan gua itu bisa seperti apa…gua ga bisa liat reaksi langsung orang yang baca, kalo orang tersebut terprovokasi dengan tulisan gua…alamak itu bahaya…syukur tulisan gua bisa mencerahkan.

Mungkin banyak yang tidak sadar tulisan itu mengandung kekuatan magis yang mampu mempengaruhi orang lain. Makanya ada etika dalam menulis, ada etika jurnalis, dan gua yakin ada etika dalam nge-blog. Jangan sampai tulisan iseng-iseng di blog malah berbuah tuduhan buat kita.

Duhhhhh gua dah nulis panjang-panjang yang entah apa gua tulis di lembaran ini. Tulisan yang mungkin bisa buat gua terkenal kali yah?…hahahahah…kidding!!!

Gua cuman mo berbagi keliaran pikiran gua. So mari menulis dengan hati dan kejujuran. Kita bukan sastrawan, bukan juga sejarahwan, Kita hanya orang yang suka menulis…tulisan dengan hati lah yang akan membuat tulisan kita berguna untuk orang lain.

Selamat ngeblog!!!

*Happy Anniversary buat blog teman gua…buat yang jeli and ngikutin blog dia pasti merasakan perubahan suasana hati si penulis….si frozzy*

Cerita Mukidi

Tertawa Itu Hemat

Musim Semi

berharap hangat itu sampai ke hatimu begitu juga cintaku

Ine Punya Cerita

Just a simple talking between me, my life and myself. :)

Indie Hero

Brian Marggraf, Author of Dream Brother: A Novel, Independent publishing advocate, New York City dweller

De Ēntín

Just another WordPress.com weblog

Legal Banking

Learning about Indonesian Legal Banking

Just on My Point of View

celoteh .:tt:.

- menulis saja -

KUPU-KUPU AKSARA

Lemaskan jemari, bebaskan pikiran dan biarkan aksara menyusun sendiri petualangannya

Kamera Kata

..mengkristal waktu bersamamu

WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.