30


Pernikahan???

Sampai saat ini kata itu menjadi sebuah tanda tanya bagiku. Belum ada bayangan akan itu. Seakan takdir akan sebuah pernikahan masih mengombang-ambing dalam hidupku. Orang bilang Hidup, Jodoh dan Mati adalah rahasia Ilahi. Ini berlaku banget buat diriku. Seakan “jodoh” itu seperti harta karun yang petanya telah hilang bertahun-tahun silam. Tanpa diketahui peta itu berada di tangan siapa. Mencari Jodoh bagiku seperti mencari jarum diantara tumpukan jerami. Ini tidak berlebihan. Sungguh.

Mungkin bagi orang lain analogi ini seperti sesuatu yang berlebihan, tapi inilah kenyataannya bagiku. Suka ato tidak harus aku terima. Meski aku sebenarnya telah lelah menjawab pertanyaan orang tentang hal itu, bahkan sampai aku sudah merasa bosen menulis tentang pernikahan. Mau seribu kata-kata indah aku katakan dan tuliskan tentang indahnya menjadi lajang diusia yang matang ini tetap orang menganggap hidup aku tidak sebahagia dan seindah mereka yang telah menikah dan berpasangan. Tetap saja dianggap aku hanya berpura-pura bahagia dengan keseharian ku, padahal itu benar.

Kenapa juga aku membicarakan tentang pernikahan. Oke, sedikit aku uraikan, usiaku saat ini sudah 30thn, masih lajang, belum ada kepastian akan adanya sebuah pernikahan. Sudah mulai bosen dengan pertanyaan orang kapan akan menikah. Seakan pencapaian hidupku yang lain tertutup karena tidak ada label “menikah” pada KTP. Semua orang juga ingin menikah, ingin segera ditemukan dengan jodohnya, membina keluarga, bereproduksi, berkembang biak, tapi apa daya belum dikasih oleh Yang Maha Kuasa. Aku tidak perlukan marah-marah kepada Sang Pencipta.

Padalah banyak hal lain yang bisa aku capai dan terjadi pada usia aku ini. Ada mimpi-mimpi aku yang terwujud. Ada kejadian yang mendewasakan aku.

Setahun yang lalu seperti biasa saya menuliskan tentang perjalanan setahun sebelumnya. Ketika itu saya bingung hendak menguraikan apa, tapi yang dapat saya uraikan saat itu adalah hidup ini tidak dapat terjadi jauh dari bayangkan dan ketika itu terjadi tidak dapat dihindari. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa hidup itu tidak perlu mengantungkan mimpi yang terlalu muluk. Cukup pikirkan 1 hari saja, bagaimana saya melewati hidup ini.

Itulah yang saya lakukan sepanjang usia saya yang 29 hingga mencapai usia 30. Saya tidak meletakkan berbagai macam target hidup, seperti target karir, target menikah dan menjadi kesetan untuk mengapainya. Yang saya lakukan hanya memikirkan apa yang akan saya lakukan besok. Ternyata itu yang meringankan langkah saya. Tidak membebani saya dengan kata-kata masih Masih Sendiri. Tidak membebani saya dengan kata Karir yang Begitu-begitu saja.

Tahun 2009….hhhmmmmm
Pada tahun itu saya mengalami kehilangan, Ibu saya berpulang kepada Yang Maha Kuasa, sedih rasanya tapi saya masih tetap dapat tegar berdiri, mengikhlaskan kepergiannya, dan yakin itu lah yang terbaik bagi Ibu ku, itulah kebahagiaannya bertemu denganNya. Bahkan saya tidak pernah membayangkan akan secepat itu Ibu saya pergi, tanpa ada tanda-tanda yang berarti. Seharusnya saya shock, terpukul tapi terus terang itu tidak saya alami. Karena saya hari berpikir hari ini dan besok, semua mampu saya lewati dengan sabar, ikhlas dan yakin. Yakin bahwa itu yang terbaik bagi Ibuku dan bagi kami keluarganya yang ditinggalkan.

Hal yang dapat saya banggakan adalah saya dapat mewujudkan mimpi saya bahwa di usia saya yang tinggal 30, saya memiliki rumah sendiri. Entah apa yang terbesit dalam benak saya, alam apa yang membawa saya berani membeli sebuah tempat tinggal tanpa memiliki tabungan dan dana yang berlebih. Tapi alhamduillah itu terwujud. Saya tidak terlalu banyak berpikir, just let it flow….hahahahahaha. Oh yah impian saya satu lagi adalah pergi jalan-jalan sendiri, dan alhamduilah sekali lagi saya bisa wujudkan. Ditanya apakah saya menabung untuk acara jalan-jalan itu? jawabanya adalah tidak. Tapi seiring dengan mewujudkan mimpi itu rezeki itu datang begitu saja.

Perjalanan saya di usia ke 29 terasa ringan-ringan saja. Tidak ada beban yang berarti. Saya mulai belajar memilah-milah apa yang harus saya pikirkan secara mendalam, apa hal apa saya harus fokus. Dan itu sangat berguna untuk menjaga kesabaran saya dan kestabilan hati.

Di usia saya yang 30 ini saya hanya ingin terus menikmati apa yang telah Tuhan berikan tanpa keluhan, tanpa protes, tanpa pembenaran. Hanya menikmati apa yang sudah diberi. Sedikit cara untuk mensyukuri rezeki dan pemberian yang Maha Kuasa.

Hidup ini indah, janganlah dicela dan dikotori oleh segala keruwetan pemikiran. Karena yang membuat hidup ini terasa sulit dan susah untuk dilewati adalah buah pikiran kita yang selalu sok pintar dari pada alam yang telah melontarkan takdir dihadapan kita. Alam telah memaparkan segala macam tanda yang tidak perlu kita pikirkan secara berlebihan.

Saya hanya ingin menjalankan hidup ini dengan sederhana, membagi apa yang saya miliki dengan orang-orang terdekat saya. Menikmati setiap jengkal nafas yang terurai, setiap tetes rezeki yang terberi. Dan yang pasti membahagiakan Ayah saya hingga Allah menjemputnya dengan senyum.